Iga Swiatek Menjuarai French Open Untuk Keempat Kalinya
𝐑𝐓𝐏𝟖𝟎𝟎𝟎 𝐒𝐏𝐎𝐑𝐓𝐁𝐎𝐎𝐊 - Meski sempat menghadapi match point lawan pada babak kedua, tak ada yang bisa menghentikan Iga Swiatek dalam menjuarai Grand Slam Perancis Terbuka untuk keempat kalinya. Statistik prestasi tunggal putri nomor satu dunia itu mulai mendekati pada legenda tenis.
Swiatek menjadi juara Perancis Terbuka 2024 setelah mengalahkan Jasmine Paolini pada final di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Paris, Sabtu (8/6/2024) malam. Petenis Polandia itu meraih trofi Suzanne Lenglen, lambang juara tunggal putri Perancis Terbuka, untuk keempat kalinya setelah menang dengan skor 6-2, 6-1.
”Saya hampir tersingkir pada babak kedua, ini menjadi perjalanan yang berat. Terima kasih atas dukungan penonton, tim, dan keluarga saya,” kata Swiatek.
Swiatek, yang bersaing di arena tenis profesional sejak 2016, tak terkalahkan dalam final di Roland Garros, Paris. Final pertama dimenanginya pada tahun 2020 dalam usia 19 tahun saat mengalahkan Sofia Kenin. Dua final lain dimenangi atas Cori ”Coco” Gauff pada 2022 dan Karolina Muchova (2023). Swiatek juga memiliki trofi juara dari Grand Slam lain, yaitu dari Amerika Serikat Terbuka 2022.
Trofi juara yang diserahkan Martina Navratilova dan Chris Evert didapat Swiatek setelah melewati persaingan dalam tujuh pertandingan selama dua pekan. Satu-satunya pertandingan berat dijalani ketika berhadapan dengan mantan petenis nomor satu dunia, Naomi Osaka, di babak kedua.
Swiatek hampir tersingkir ketika menghadapi match point petenis Jepang itu, menggagalkannya, dan memenangi pertandingan tersebut 7-6 (1), 1-6, 7-5. Emosinya pecah menjadi tangis di ruang ganti pemain setelah melalui laga tersebut.
Mental juara petenis berusia 23 tahun ini di antaranya didapat dari sang ayah, Tomasz Swiatek, yang menonton dari tribune stadion ketika putrinya juara. Tomasz adalah atlet dayung yang pernah tampil di Olimpiade Seoul 1988.
Seperti lepas dari tekanan berat, Swiatek tampil semakin solid setelah mengalahkan Osaka yang sebenarnya lebih layak disebut final. Dia bahkan membuat kemenangan double bagel (6-0, 6-0) atas Anastasia Potapova pada babak keempat dan menang 6-0, 6-2 atas juara Wimbledon, Marketa Vondrousova, di perempat final.
Cori ”Coco” Gauff, yang punya peluang paling besar menghentikan Swiatek, juga tak bisa berbuat banyak saat berhadapan di semifinal. Begitu pula dengan Paolini di final. Dia berusaha bermain agresif dengan bergerak cepat, tetapi itu tak cukup untuk menghadapi Swiatek yang selalu memiliki cara untuk keluar dari tekanan.
Dalam laga final, Swiatek membuat 13 unforced error, empat di antaranya pada gim ketiga set pertama yang membuat servisnya dicuri Paolini. Swiatek pun tertinggal 1-2.
Akan tetapi, setelah itu, Swiatek ”tak melihat ke belakang”. Itu menjadi satu-satunya servis Swiatek yang dipatahkan Paolini. Adapun Swiatek lima kali mematahkan servis lawan dari sembilan kesempatan.
Gelar dari Roland Garros ini menambah berbagai catatan prestasi Swiatek. Dia mendekatkan diri dengan para legenda di Perancis Terbuka. Dengan usia 23 tahun 8 hari, Swiatek menjadi tunggal putri termuda pada era Terbuka (sejak 1968) yang menjuarai Perancis Terbuka sebanyak empat kali.
Swiatek menyamai prestasi Justine Henin pada dua hal, yaitu empat kali juara Perancis Terbuka dengan tiga kali di antaranya dilakukan secara beruntun. Henin melakukannya pada 2003, 2005, 2006, dan 2007. Hanya Steffi Graf (6) dan Evert (7) yang memiliki gelar juara lebih banyak dari Henin dan Swiatek.
Sejak debut di Roland Garros pada 2019, Swiatek hanya dua kali kalah dalam 37 pertandingan. Dua kekalahan tersebut dialami pada babak keempat 2019 dan perempat final 2021.
Dominasinya dalam persaingan tunggal putri di lapangan tanah liat (persentase kemenangannya adalah 89 persen) pun dibandingkan dengan prestasi idolanya, Rafael Nadal. Pemilik 14 gelar juara Perancis Terbuka itu hanya tiga kali kalah dari 116 pertandingan di Roland Garros.
Swiatek bangga ketika banyak orang membandingkannya dengan Nadal. Namun, dia pun menyadari bahwa levelnya masih jauh di bawah salah satu petenis ”Big Three” selain Roger Federer dan Novak Djokovic tersebut.
”Rafa ada di atas semua petenis di Roland Garros, dia adalah legenda. Jika saya dibandingkan dengan dia, kita lihat apa yang akan terjadi dalam 14 tahun mendatang. Namun, tentu saja saya bangga bisa tampil konsisten di sini,” tutur Swiatek.
Henin menilai, Swiatek mendominasi persaingan di Roland Garros karena tak memiliki banyak kelemahan saat tampil di tanah liat. Apalagi, lapangan itu memiliki karakter khusus, yaitu memantulkan bola dengan lambat dan tinggi. Ketika turnamen tenis lebih banyak digelar di lapangan keras, tak begitu banyak petenis yang bisa menguasai lapangan tanah liat, juga lapangan rumput.
”Semua bermain dengan karakter yang sama di lapangan keras. Tanah liat menyulitkan untuk sebagian besar petenis putri, maka, Iga pun tak memiliki banyak pesaing. Di tanah liat, Iga adalah bos,” kata Henin dalam laman resmi WTA.
Tak hanya dengan Nadal, performa yang membuatnya tak terkalahan dalam lima final pertamanya di arena Grand Slam menjadi bahan perbandingan dengan legenda lainnya, yaitu Monica Seles dan Federer.
Seles memenangi enam Grand Slam pertamanya, sementara Federer tak terkalahkan pada tujuh final. Dalam hal ini, Swiatek bahkan lebih baik dari Serena Williams, Djokovic, dan Nadal.
Paolini pun mengakui ketangguhan Swiatek. ”Bermain melawan Iga di sini adalah tantangan terbesar dalam olahraga. Iga adalah petenis yang luar biasa. Dia masih muda, tetapi mempunyai banyak prestasi Grand Slam,” kata Paolini yang untuk ketiga kalinya dikalahkan Swiatek, termasuk saat mereka bersaing dalam turnamen level ITF.
Berbeda dengan Swiatek, final Perancis Terbuka menjadi yang pertama bagi Paolini yang telah berusia 28 tahun di arena Grand Slam. Setelah kalah di tunggal putri, dia memiliki kesempatan menjuarai ganda putri karena akan tampil di final bersama sesama petenis Italia, Sara Errani. Dalam final, Minggu, Paolini/Errani akan melawan Coco/Katerina Siniakova.
Paolini belum pernah memenangi babak keempat Grand Slam sejak menjalani debut dalam level itu pada 2017, hingga bisa menembus final pada 2024. Kunci yang mengantarkannya pada perjalanan seperti saat ini adalah ”percaya”.
”Setiap kali melangkah ke lapangan, saya percaya bahwa saya bisa memenangi pertandingan. Saya semakin percaya diri dengan permainan saya setelah semakin banyak pertandingan yang dijalani,” kata Paolini yang akan naik dari ranking ke-15 menjadi sepuluh besar dunia setelah menjadi finalis Perancis Terbuka.
Dengan rasa percaya diri itulah, Paolini menjalani final Perancis Terbuka meski akhirnya kalah. Dia sangat menikmati persaingan tersebut, apalagi terjadi di tempat dan suasana yang sangat dikenal Swiatek.
Saat melangkah memasuki lapangan, Paolini juga membawa pengalaman dari momen besar lain yang juga terjadi pada tahun ini. Pada Februari, dia meraih gelar terbesar dalam kariernya, yaitu dari WTA 1000 Dubai. Dia pun semakin terbiasa dan percaya diri bersaing dengan petenis top dunia, termasuk ketika mengalahkan juara Wimbledon 2022, Elena Rybakina, pada semifinal Perancis Terbuka.
Selain final tunggal putri, hari terakhir turnamen akan diwarnai dengan perebutan gelar juara tunggal putra. Carlos Alcaraz dan Alexander Zverev akan bersaing menjadi juara Perancis Terbuka untuk pertama kalinya, paling cepat mulai pukul 19.30 WIB.
Post a Comment